Kisah Yang Mengharukan Sering Menghina Abdul Samad
Haftar, S.P,d. M.Pd.
Nama aslinya Abdul
Samad. Sama dengan nama UAS (Ustadz Abdul Samad). Namanya di kampung sering
dipanggil Yong Lempeang. Saya memanggilnya teungku Abdul Somed. Saya
mengenalnya dua puluh tahun yang lalu. Sekilas bagi orang yang sudah
mengenalnya atau yang belum, mungkin akan menganggap (maaf) orang ini sedikit
aneh.
Sehingga ia sering
diejek dan menjadi bahan olok - olokan orang. Karena tingkah lakunya dianggap
diluar kebiasaan orang - orang pada umumnya.
Walaupun ia sering
diejek dan diolok - olok, tapi ia tidak pernah marah atau membalas orang yang
menyakiti perasaannya.
Misalnya ia rajin
membantu orang, baik yang dikenalnya maupun tidak. Tanpa meminta upah pada
orang yang dibantunya tersebut. Walaupun orang yang memang sengaja meminta
bantuan tenaganya.
Kalau ada acara
pesta kawin atau kenduri hidup maupun kenduri mati. Ia datang membantu
mengangkat gelas, piring yang kotor yang berserakan di bawah kursi undangan.
Demikian juga ia
dengan sukarela membagikan kertas undangan menjumpai orang - orang yang diundang
oleh orang rumah yang punya hajat. Pekerjaan ini bukanlah pekerjaan yang
enteng. Karena membutuhkan pengorbanan waktu dan tenaga. Karena harus masuk
kampung ke luar kampung. Tapi semua itu semua pekerjaanya itu ia lakoni dengan
senang hati.
Demikian juga di
organisasi PHI (Persatuan Haji Indonesia) Ia sudah berkerja membantu organisasi
ini lebih kurang selama lima belas tahun. Kerjanya mengantarkan kertas undangan
dan surat - surat. Karena saking rajinnya.
Pernah terdengar
berita bahwa ia akan diberangkatkan haji. Akan tetapi Allah SWT berkehendak
lain, sampai sekarang ini berita itu tidak pernah terwujud. Padahal ia tidak
digaji.
Selain membantu
orang. Pekerjaannya sehari-hari, disamping sebagai petani di sawah, ia juga
berkeliling kampung masuk kampung dengan sepeda butut. Kerjanya memperbaiki
bola lampu neon masyarakat yang sudah tidak berfungsi lagi menjadi kembali
menyala.
Ia juga menjahit
sandal dan sepatu keliling kampung dengan bersepeda. Di sepeda yang selalu
dibawanya itu untuk mengais rezeki terdapat beberapa goni plastik. Apabila di
tengah jalan yang dilewatinya, dijumpainya bekas botol minuman, baik plastik
maupun aluminium, maka dikumpulkannya ke dalam goni.
Demikian kehidupan
yang dilalui Tengku Abdul Somed dengan bersahaja.
Bila hari-hari tertentu
ia juga selalu belajar mengaji ilmu Tauhid Tasawuf di pesantren - pesantren.
Demikianlah sekilas
kehidupan Abdul Somad. Bagi saya dibalik kebersahajaannya tersebut, terpancar
hidup yang mulia. Ia bercita-cita ingin naik haji. Ia sudah mulai menabung
sedikit demi sedikit dari hasil usahanya mengais rezeki. Ia sangat berharap
cita - citanya tersebut dapat terkabul.
Mudah - mudahan
diantara pembaca terketuk hati untuk membantunya. Abdul Samad tinggal bersama
istri dan anaknya di Desa Tengah. Kecamatan Lembah Sabil, Aceh Barat Daya.
Semoga cita - cita yang mulia ini dapat terwujud. Aamiin... Aamin... ya Robbal
Alamin...
Posting Komentar untuk "Kisah Yang Mengharukan Sering Menghina Abdul Samad"
Silahkan tinggalkan komentar agar kami lebih baik.